Sabtu, 21 Maret 2015

Pendidikan Sebagai Ilmu Dan Seni

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan saat ini sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan dapat menentukan nasib seseorang di masa depan. Pendidikan bisa ditinjau dari ilmunya dan pendidikan memiliki seni. Saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengenal pendidikan, mereka hanya bisa mencari sesuatu yang bisa menyambung hidup mereka. Bahkan saat ini tidak sedikit anak bangsa yang nekat melakukan tindakan kriminal demi mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan.
Dalam buku Landasan Pendidikan tercantum ‘bahwa anak manusia mempunyai berbagai potensi yang masih tersembunyi. Anak manusia memiliki kemampuan untuk berkembang, maka dijelaskan pula bahwa anak manusia dapat belajar secara efektif’. Dalam kutipan tersebut jelas bahwa anak manusia termasuk kita mempunyai berbagai potensi, jika dikembangkan potensi itu akan menjadi keahlian seseorang. Sayangnya, di negara kita masih banyak anak-anak yang tidak mengenal potensi dirinya sendiri. Bahkan ada yang merasa tidak berguna atau tidak bisa melakukan apa-apa. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang fungsi ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan, pendidikan sebagai ilmu dan seni.

B.     Manfaat Penulisan
1.      Bagi Penulis
Hasil penulisan ini sangat berguna untuk memperoleh pemahaman dan untuk lebih memperdalam kajian ilmu pengetahuan dan pendidikan, dan dapat membandingkan teori yang dipelajari selama perkuliahan dengan kenyataan di lapangan pada penulisan yang diteliti.
2.      Bagi Pihak Lain
Hasil penulisan ini dapat menjadi bahan kajian dan referensi untuk melakukan penelaahan dan pengkajian lebih lanjut mengenai masalah yang sama.
  
BAB II
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

A.     Alasan Pentingnya Status Keilmuan Pendidikan
Suatu disiplin akan dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin tersebut memiliki status keilmuan yang jelas. Suatu disiplin ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila disiplin ilmu tersebut memiliki kejelasan minimal dalam empat hal, yaitu :
1.      Memiliki kejelasan dalam obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau jelas mengenai obyek studinya.
2.      Jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik bersifat kuantitatif atau kualitatif, bahkan mungkin gabungan dari keduanya.
3.      Jelas mengenai isi atau substansi dari ilmu tersebut, dan
4.      Jelas mengenai fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salah satu aspek masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.

B.     Konsep Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
1.      Konsep Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui  informasi yang tersusun dan terarah mengenai fenomena tertentu yang terjadi dalam pengalaman.
Titus (1959) menungkapkan ada empat jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat diperoleh dan dimiliki manusia,yaitu :
a.       Pengetahuan biasa atau awam yang sering disebut common sense knowledge atau pengetahuan akal sehat.
b.      Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang menyebutnya dengan sains.
c.       Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat saja disebut filsafat, dan
d.      Pengetahuan religi (pengetahuan agama)

2.      Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Upaya pengelompokkan (klasifikasi) terhadap ilmu yang didasarkan pada kriteria tersebut. Pembagian ilmu ada yang berdasarkan isi pengetahuan, dan ada pula yang mengklasifikasinya berdasarkan sifat pengetahuan dari ilmu. Berdasarkan isi pengetahuannya, ilmu diklasifikasi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.       Ilmu-ilmu kealaman (natural science) seperti : Fisika, Kimia, Biologi dan Astronomi.
b.      Ilmu-ilmu sosial (social science) misalnya sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, ilmu pendidikan dan sebagainya.
c.       Ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities) contohnya: filsafat, bahasa dan seni.
Berdasarkan sifat (ragam dan atribut) pengetahuan, ditemukan klasifikasi ilmu sebagai berikut :
a.       Rudolf Carnapp
1)      formal sciences: matematika.
2)      factual sciences: fisika.
b.      Pembagian ilmu yang banyak digunakan terkenal dengan klasifikasi :
1)  pure sciences: matematika, logika.
2)  applied sciences: ekonomi, ilmu pendidikan.
c.       Pembagian ilmu dengan klasifikai lain adalah :
1)  ilmu eksakta (matematika, fisika,kimia, biologi, astronomi), dan
2)  ilmu non-eksakta (ekonomi, politik, psikologi, Ilmu pendidikan,dsb).

C.     Karakteristik dan Kriteria Ilmu Pengetahuan
Suatu disiplin ilmu termasuk juga disiplin ilmu pendidikan perlu memiliki karakteristik dan kriteria yang jelas dalam hal landasan, obyek studi, metode, fungsi dan isi/substansinya. Disiplin ilmu perlu diuji secara empiris dan hendaknya memiliki persyaratan dan ciri-ciri ilmiah. Randall dan Buchker mengemukakan tiga ciri umum ilmu pengetahuan sebagai berikut:
1.      Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
2.      Hasil sains kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang menyelidikanya adalah manusia.
3.      Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode sains tidak tergantung kepada subyek yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi (Sadulloh 2004:46).
Selanjutnya Ralph Ross dan Enerst van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
1.      Bersifat rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
2.      Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera.
3.      Bersifat umum, artinya bahwa hasil ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali, dan
4.      Bersifat akumulatif, artinya bahwa hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya.
Karakteristik suatu ilmu dapat ditelusuri melalui pembahasan tentang landasan ilmu, obyek ilmu, metode keilmuan (metode ilmiah), isi atau materi  ilmu, dan fungsi ilmu (Madjid Noor, 1998). Dalam kajian epistemologi ditegaskan bahwa suatu kawasan studi atau suatu disiplin dapat dikategorikan disiplin ilmu apabila memenuhi tiga syarat, yaitu :
1.      Memiliki obyek matrial dan obyek formal,
2.      Memiliki metode yang jelas, dan
3.      Memiliki sistematika.
1. Landasan Ilmu
Landasan ilmu merupakan gagasan-gagasan yang dijadikan sandaran atau tempat berpijak para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya dan berguna bagi perkembangan pemikiran selanjutnya dalam memahami fenomena baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Gagasan tempat berpijak tersebut tidak lain yaitu pendirian atau pandangan hidup ilmuwan tersebut. Landasan ilmu terdalam merupakan filsafat atau dengan nama lain induk ilmu pengetahuan (mother of science).
Landasan ilmu kealaman pada mulanya bersumber dari filsafat matrealisme dan naturalisme. Namun pada pekembangan zaman ini, landasan ilmu cenderung bersumber pada aliran filsafat  positivisme dan neopositivisme. Sedangkan yang menjadi landasan ilmu sosial bersumber dari filsafat humanisme, pragmatisme, eksistensialisme, dan fenomenologi.
2. Obyek Studi Ilmu
Obyek studi ilmu adalah suatu kenyataan (realitas) atau bidang yang menjadi bahan pengkajian dan penyelidikannya. Obyek ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material merupakan bidang kajian yang menjadi bahan suatu ilmu. Sedangkan obyek formal merupakan brntuk khas yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lainnya.
3. Metode Ilmu
Metode ilmu atau metode ilmiah merupakan prosedur kerja sistematis yang terencana dan cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu. tujuannya adalah untuk memperoleh suatu produk ilmu yang valid (sah, benar, tepat) artinya pikiran manusia sesuai dengan fakta empiris, dan reliable (produknya dapat dipercaya, jika diulang akan memperoleh hasil yang sama).
Dalam pendekatan empiris, metode ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif memiliki karakter utama jumlah. Sedangkan kualitatif dimaksudkan untuk mengembangkan suatu teori baru dengan memproses data deskriptif,sebagai hasil tanpa menggunakan statistik, dengan teknik penelitiannya biasanya studi kasus.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan empiris, yakni :
a         Perumusan masalah, yaitu kehiatan menemukan, menyusun dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek yang akan dikaji.
b        Penysunan kerangka berpikir, yakni memberikan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai faktor sehingga membentuk permasalahan.
c         Perumusan hipotesis, yakni membentuk asumsi atau anggapan dasar dalam bentuk kerangka berpikir dari suatu madzhab filsafat yang dianut.
d        Pengujian hipotesis, yaitu kegiatan pengumpulan fakta yang relevan.
e         Penarikan kesimpulan, yaitu kegiatan menyimpulkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.
4.   Fungsi Ilmu.
Ilmu pengetahuan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
a. Fungsi Menjelaskan.
b. Fungsi Memprediksi.
c. Fungsi Mengontrol.

D.     Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan
1.  Konsep Ilmu Pendididkan
Pendidikan dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan, dalam ilmu pengetahuan ada dua istilah penting yaitu paedagogie dan paedagagogiek. “Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan” (Ngalim Purwanto, 2004:3).
Istilah pedagogik dibedakan oleh Langeveld dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan yang lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Berikut ini pendapat beberapa ahli tentang pengertian ilmu pendidikan :
·         Driyarkara (1980:66) menyatakan bahwa “Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode dan tersusun secara sistematis tentang pendidikan”.
Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pendidikan merupakan seperangkat pengetahuan, pendapat atau pandangan mengenai fenomena/gejala pendidikan yang disususn secara sistematis sebagai hasil pemikiran kritis dengan menggunakan metode riset tertentu.
2.   Karakteristik Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki beberapa ciri tertentu yaitu ;
a.       Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan hanya akan berdiri kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandas agama, pandangan hidup, filsafat hidup serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pendidikan merupakan ilmu yang normatif yang bersumber dari agama, masyarakat, filsafat dan pandangan hidup.
b.      Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan terdiri atas obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu pendidikan adalah manusia, karena itu pendidikan bertolak dari pandangan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan pada hakekatnya atau secara prinsipal berbeda dengan kehidupan hewan, berbeda dengan tumbuhan dan berada denga benda mati.
c.       Metode Ilmu Pendidikan
Metode ilmu pendidikan adalah prosedur yang menggunakan pola pikir dan pola kerja yang sistematis untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang sah (valid) dan dapat dipercaya (reliabel). Metode-metode penelitian yang dominan dalam pengembangan keilmuan dan program pendidikan adalah survey, eksperimen, studi kasus, kaji tindak, dan penelitian masa depan. Metode-metode tersebut penting sehingga ilmu pendidikan dapat mengimplementasikan fungsi menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian terhadap fenomena dan gejala-gejala pendidikan.
d.      Isi Ilmu Pendidikan
Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pengetahuan yang antara lain memuat pstulat, asumsi, konsep teori, generalisasi, hukum, prinsip, dan model.
1)      Postulat yaitu pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa pembuktian secara empiris.
2)      Asumsi yaitu pendapat/pandangan yang didasarkan pada kerangka berpikir tertentu, yang kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa secara empiris.
3)      Konsep yaitu serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten yang dihasilkan dari pemikiran atau pengalaman. Konsep dalam ilmu pendidikan bahwa pendidikan meliputi bimbingan, pengajaran, dan juga latihan.
4)      Teori adalah kumpulan konsep-konsep  yang tersusun secara sistematis dalam bentuk struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa sesuatu gejala atau peristiwa itu terjadi, dalam pendidikan.
5)      Generalisasi adalah kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman khusus, biasanya sebagai yang diperoleh dari penelitian ilmiah.
6)      Hukum adalah pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan if-then (jika-maka) yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu sebagai hasil suatu generalisasi dari riset ilmiah.
7)      Prinsip adalah hukum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka (if-then).
8)      Model adalah suatu bentuk teori atauserangkaian teori, hukum prinsip yang menggambarkan atau memberi penjelasan tentang suatu sistem kegiatan sampai pada panduan penggunaannya yang terdapat dalam suatu cabanf ili, misalnya mengajar ekspositori, model mengajar pemrosesan informasi dari Bruce Joice, model mengajar terprogram dan model mengajar discovery inquiry atau misalnya model cara belajar siswa aktif dan lain sebagainya.
e.       Fungsi Ilmu Pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol gejala atau fenomena pendidikan. Dalam fungsi memberi penjelasan misalnya tentang fenomena secara deduktif menjelaskan bahwa anak memiliki potensi yang perlu diasah, sedangkan secara efektif misalnya kemampuan manusia untuk berkembang. Sedangkan fungsi prediksi misalnya suatu hasil nilai UN berpengaruh dalam kelulusan sekolah.
f.       Cabang-cabang ilmu pendidikan
Cabang-cabang ilmu ada beberapa klasifikasi, berikut pendapat menurut beberapa ahli :
Menurut M.J. Lavengeld (1952)
1)      Ilmu mendidik teoritis terdiri atas :
a)      Ilmu mendidik sistematis
b)      Sejarah pendidikan
c)      Ilmu perbandingan pendidikan
2)      Ilmu mendidik praktis terdiri dari :
a)      Didaktik/metodik
b)      Pendidikan keluarga
c)      Pendidikan gereja (lembaga keagamaan)

E.   Mendidik Sebagai Seni dan Teknik
Keberhasilan pendidik terletak khususnya pada perubahan yang dialami terdidik. Tujuan pendidik bukanlah supaya pendidik mengalami perubahan, melainkan supaya anak atau orang lain mengalami perkembangan ke arah baik. Pada prinsipnya pendidikan memang dapat dianalisis dan seni didik dapat dipelajari secara ilmiah. Calon guru/pendidik antara lain perlu mempelajari hasil-hasil yang telah dikumpulkan dalam ilmu pendidikan, tetapi harus belajar menganalisis proses belaja mengajar. Terdapat dua kelompok kegiatan-kegiatan mengajar, yaitu kegiatan sebelum mengajardimana guru bekerja secara sendirian dan kegiatan yang terjadi pada waktu mengajar ketika guru menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam situasi senyatanya.

F.   Memelajari Seni Didik dan Teknik Pendidikan Secara Ilmiah
Pengembangan teknologi pendidikan masih belum dapat membuktikan bahwa teknologi pendidikan memang sungguh-sungguh lebih efektif menimbulkan proses belajar mengajar daripada pendidikan tanpa teknologi yang baru. Kesanggupan guru untuk mengembangkan seni didik masih terlalu bergantung pada bakat dan luasnya pengalaman pengajar. Sesungguhnya pengajaran didalam kelas masih merupakan cara-cara yang paling luas dipraktekkan disekolah dan di luar sekolah, karena walaupun cara ini relatif amat praktis, namun tak pernah dapat dilaksanakan dengan mudah bagi peningkatan hasil belajar murid-murid.
  
DAFTAR PUSTAKA
Faizah, D.U. (2009). Anak-anak yang Digegas. Jakarta: Cindy Grafika.
Faizah, D.U. (2010). Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkraetivitas Berakhlak Mulia. Solo: Tiga Serangkai.
Tim Dosen MKDP. (2011). Landasan Pendidikan. Bandung UPI.

1 komentar: